Bingung

ilustrasi dari wordpress library

Memandang dunia dari dua arah, dalam dan luar, tanam atau gersang, baik atau buruk, hitam atau putih, berharap atau putus asa, terbuka atau tertutup, bergerak atau terdiam, bersinar atau padam.. hidup seakan sebuah teaterikalisasi puisi yang diciptakan tuhan lewat media alam semesta, baik buruknya tergantung penerjemahnya, kita adalah audiens yang bingung.. untuk apa bait bait tersebut ada dan diciptakan, sedangkan hidup terkadang terlihat seperti plot twist yang mengejutkan, dan sementara itu, kita hanya figuran yang berharap terus andil dalam mengambil peran.. terkadang

Fatamorgana

dua-dimensi-dunia
picture from google

ada raga yang kian bertambah tua, ada harapan besar yang diemban olehnya, ada secuil usaha yang tak kunjung jelas ujung pangkalnya, pun sekelumit doa yang tak kunjung dapat bermakna, hingga penghujung usia.. tak ada lagi kesempatan kedua, hanya ada sisa sisa penyesalan yang terbesit dalam jiwa, terus berkelindan mengiringi akhir masa hidupnya.. “Aku ingin terus hidup kekal, bersamanya di dunia” ucapnya, memang benar dia hidup kekal bersamanya di dunia, namun dalam dimensi dan ruang yang berbeda, dalam cerita yang berbeda. karna “yang fana itu kita; Manusia, waktu abadi; bahkan dalam darul baka”.

Hilang

Kehilangan paling mendalam, adalah kehilangan jati diri

Belakangan ini aku sering lupa tentang esensi ku menjadi manusia, dari kebiasaan sehari hari, sampai terkadang lupa akan jati diri, bagai nyala lilin yang perlahan habis terbakar api penyesalan, dan akhirnya padam; terbitlah temaram. Asumsi itu bertebaran entah dari mana datangnya, membelenggu bagai rantai yang tak ada ujungnya, menyekat sisa harap, memutar kembali memori kala kecil dulu, aku termangu menatap keluar jendela sambil bergumam, dan ribuan pertanyaan itu menghujam hebat bagai busur panah yang mendarat pada jantung lawan.

“Perkenalkan aku si lemah, adakah belas kasihan dari orang-orang disini? adakah yang rela mengulur tangan dikala aku jatuh? Aku lelah dengan monologku setiap hari”. sendu adalah gambaran yang pertama terbesit ketika mendengar sosok hendri, pria introvert kelahiran tanah jawa, seorang tuna karya dengan mimpi yang besar, harapan yang tinggi akan cita citanya kelak menjadi seorang sastrawan ternama. Besar dalam dekapan tuhan, sebatang kara yang mencari arti hakikat dan hikayat, jalan hidupnya yang berlika liku membuat ia sudah terbiasa jatuh dan bangun sendiri, mengumpulkan pundi pundi asa yang kian sirna, ia seakan berada dalam palung kesedihan yang gelap tanpa secerca cahaya, hanya temaram. 

Canggung ketika berada dalam keramaian, itulah yang dirasakan hendri ketika menjamah dunia luar, tiba tiba bungkam jika dipaksa membuka obrolan.. bagai tunawicara, ia diam sepatah kata, menunggu lawan bicara membuka sesi bertukar frasa, memang benar.. hal itu bukan tanpa sebab, karna jalan hidupnya membentuk ia menjadi seorang introvert, Merenung sudah menjadi profesi dan depresi sudah menjadi teman sejati. Pada bulan juni yang berelegi semua kesedihanya berangsur angsur surut, sekian lama hanya pasang yang ia rasakan dalam hidup

Adam dan Hawa

puisi-adam-hawa
pict from pinterest

kau.. sampai detik ini masih menjadi misteri paling rahasia yang melambung tinggi diatas cakrawala, ingin sekali kusingkap..  akan tetapi aku tak berdaya, aku hanya bisa merasakan hadirmu, lewat perantara rindu yang menjelma menjadi kata, disinilah aku bisa berbahasa, bahasa rindu yang tak pernah ku tau darimana datangnya. kau.. sampai detik ini masih menjadi haluan utama, dalam perjalananku menyusuri hikayat.. meleburlah dalam “Aku” bersemayamlah  serupa nadi, karna kita “abadi”

Save this Earth

save-this-earth-lindungilah-bumi-ini

Lindungi Bumi ini – engkau menapaki rusaknya dunia dengan kaki kecil itu, sedari dulu tidak ada yang mengajari arti bertahan hidup, engkau pun belajar mandiri dari segala pengalaman pahit yang engkau jalani setiap hari, memandang dunia dari kacamata rabun itu, penglihatanmu samar namun itu tidak membutakanmu dari perkara yang benar dan salah, dunia memang tempat segala kerusakan terjadi tidak heran lagi bahwa si perusak adalah penghuninya sendiri, mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri tanpa iba terhadap dunia yang sudah tidak seperti dahulu lagi, bumi ini sudah tua. Berhentilah bertikai satu sama lain jangan hanya karna hal yang sepele, ini bumi kita bersama, kalau bukan kita yang menjaganya lantas siapa lagi? berhenti mengotori bumi dengan caci maki yang hirarki, dengan sampah polusi. Tanamlah bibit bibit yang akan meredakan sakit bumi yang renta ini, kasihanilah dia sebagaimana dia mengasihanimu, dengan menahan segala amarahnya hanya demi kelangsungan hidupmu, berhentilah membakar unsur unsur kehidupan, berhentilah merusak hanya demi secarik kertas beralasan materi yang takkan dibawa mati, lindungilah bumi ini, bumi kita semua, atau amarahnya lah yang akan melahapmu dengan sekejap mata

SAVE THIS EARTH, GO GREEN, GO HEALTHY

Telan saja lukamu

Daily Puisi – Hallo apa kabar kalian? semoga sehat selalu yah, kali ini saya akan membagikan sebuah puisi singkat yang dibuat dari rasa yang sudah lama tak kunjung ada jawabanya, yang berjudul “TELAN SAJA LUKAMU”.

poetry-of-broken-heart-telan-saja-lukamu
source : wordpress library

simpan saja cerita itu
biarkan kodrat semesta berjalan apa adanya
punguti dan kemasi
laut takkan surut oleh lukamu
pohon takkan tumbang oleh kisahmu
kesedihan yang terkabar keseluruh penjuru belantara
akan mengundang buaya untuk berpesta
lihatlah
sebentar lagi ada yang datang dengan bergelas madu dan semampan api
minumlah dan kamu akan mati
sebelum gelas terakhir habis

Kisah semu

boat-in-the-sea
source : wordpress library

kau memintaku menyeduh rindu
sedang kau malah menuang sendu
dirimu yang menjanjikan rakit untuk ku naungi
namun aku yang kau paksa berenang hingga tepi
lantas bagaimana caraku mengkultuskan ketulusan?
jika yang kau berikan hanya sebait rangkum penyesalan.
tidak, aku tidak akan menangis hanya sekadar merintih
karna segumpal hati berdarah yang kau iris
untuk apa bersedih, justru kutampakam senyum dibalik rasa perih.
supaya kau tau, dunia baik baik saja tanpamu